Sabtu, 29 Mei 2010

TOR ULIB 2010

TERM OF REFERENCE (TOR)

PEMBUKAAN LOKASI IB BARU

DI PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2010

I. LATAR BELAKANG

Dalam upaya mendukung Percepatan Pencapaian Swasembada Daging Sapi Tahun 2010 yang telah dicanangkan oleh Pemerintah, maka untuk mewujudkankannya berbagai kebijakan operasional yang dilakukan antara lain meningkatkan mutu daging sapi potong, membantu permodalan bagi peternak, pengendalian penyakit reproduksi dan kesehatan hewan, pengembangan pakan ternak serta mengembangkan mutu bibit sapi potong melalui teknologi Inseminasi Buatan (IB).

Alat dan mesin yang dibutuhkan untuk mendukung pembangunan peternakan diantaranya adalah mesin untuk Inseminasi Buatan. Penggunaan maupun pengembangan serta pengadaan alsin IB dan sarana sepeda motor untuk petugas IB diperlukan dalam rangka mendukung Program Swasembada Daging Sapi 2010. Untuk itu pada tahun 2010 dalam rangka meningkatkan kinerja IB dilaksanakan kegiatan Pembukaan Unit Lokasi IB Baru dengan cara menyalurkan dana kepada kelompok/asosiasi IB untuk pengadaan alat IB.

II. TUJUAN

o Meningkatkan populasi, produksi dan produktivitas sapi potong untuk mendukung program P2SDS 2010.

o Agar program kegiatan IB terus meningkat di seluruh wilayah Indonesia.

o Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan peternak dan mengentaskan kemiskinan.

III. SASARAN

1. Tersalurnya dana kepada Rekening Kelompok

2. Terbukanya/Terbentuknya Unit Lokasi Inseminasi Buatan (ULIB) Baru di Kabupaten Lampung Barat, Lampung Selatan, Mesuji, Lampung Timur, Pringsewu, Tanggamus, Tulang Bawang, Pesawaran dan Way Kanan.

IV. KELUARAN (OUT PUT)

Terlaksananya pengadaan peralatan IB / kendaraan bermotor Roda – 2 oleh Kelompok/Asosiasi IB. Peralatan IB dimaksud adalah :

· AI Gun Sapi

· Plastik sheath

· Plastik Glove

· Casing for AI Gun

· Cutter straw

· Vagina speculum

· Pinset

· Container Depo

· Container lapangan

· Thermos

· Tas IB + Topi

· Pakaian Overal

· Jas hujan

· Sepatu Boot

· N2 Cair

· Kartu Ternak

· Sarana Mobilitas (R-2)

V. TARGET

1. Meningkatnya akseptor IB

2. Meningkatnya jumlah kelahiran hasil IB

3. Tercapainya program swasembada daging sapi 2010.

VI. KOMPONEN KEGIATAN

· Identifikasi kelompok

· Pembinaan/fasilitasi

· Pembuatan Rekening

· Penyusunan RUK

· Pengusulan ke KPPN

· Pencairan Dana

· Pelaksanaan pengadaan peralatan IB oleh Kelompok

· Laporan

VII. SUMBER PEMBIAYAAN

Pembiayaan bersumber dari APBN, Dana Tugas Pembantuan, Direktorat Jenderal Peternakan dengan rincian biaya terlampir.

VIII. LAMA KEGIATAN

Dari Januari sampai Desember 2010

IX. RINCIAN ANGGARAN BIAYA (TERLAMPIR)

X. PENUTUP

Kerangka Acuan Kerja atau Term of Reference (TOR) ini dibuat sebagai acuan pelaksanaan Kegiatan di lapangan dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari Dokumen RKA-KL APBN 2010 Satker Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Lampung.

SAPI-SAWIT DI KALTIM

SAPI SAWIT: KOMBINASI SINERGIS PACU PRODUKSI



Pelibatan 1 juta hektar lahan sawit sudahmenyumbang 2 juta ekor populasi sapi nasional. Efisiensi sawit pun meningkat

Berawal dari sekadar alat angkut tandan sawit hasil panen, kini sapi-sapi di perkebunan PT Agricinal telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari sistem kerja yang ada. Tidak tanggung-tanggung manajemen perusahaan yang berada di Desa Sebelat, Kecamatan Putri Hijau, Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu

ini mewajibkan karyawannya memiliki sapi melalui kredit yang dikucurkan.

Kepala bagian SDM PT Agricinal, Immanuel Manurung kepada TROBOS (10/3) menerangkan, adanya sapi di perkebunan yang dimulai sejak 1998 belakangan dirasakan bisa memberikan pendapatan tambahan bagi karyawan. Karyawan pun terdorong untuk beternak yang pada akhirnya populasi sapi makin bertambah.

Senada dengan Immanuel, Menteri Pertanian, Suswono, dalam kesempatan terpisah mengatakan akan mengupayakan dengan berbagai pihak usaha integrasi peternakan dan pertanian. Dan salah satunya mengintegrasikan ternak sapi dengan sawit. “Kalau per hektarnya 2 ekor sapi, pelibatan 1 juta hektar lahan sawit saja sudahmenyumbang 2 juta ekor sapi untuk populasi nasional,” tandasnya.

Meningkatkan Produktivitas
Dari total 26.900 hektar lahan sawit PT Agricinal, dikatakan Immanuel, 8.900 hektar di antaranya yang merupakan perkebunan inti sudah terdapat sapi. Sementara sisanya, terus dikembangkan secara bertahap ke plasma. “Ide awalnya sangat sederhana, yaitu ingin mengurangi beban saat panen sawit. ada akhirnya sistem kerja disini sudah terpola dengan sapi,” jelas Immanuel

Dengan sapi, dijelaskan Immanuel, pekerjaan bisa terbantu dan produktivitas menjadi tinggi. Pada awalnya standar 1 karyawan pemanen mengerjakan 10 hektar, tetapi setelah dibantu sapi bisa meningkat 50 % menjadi 15 hektar lahan panen per karyawan. “Alhasil lebih efisien. Kalau dulu untuk lahan seluas 6.000 ha dibutuhkan 600 karyawan pemanen, kini setelah ada sapi cukup dengan 400 karyawan pemanen,” jelasnya.
Immanuel membantah pendapat keberadaan sapi di perkebunan akan mengganggu tanaman sawit. Justru limbah dan pelepah sawit bisa dimanfaatkan untuk hijauan pakan sapi yang sebelumnya dicacah terlebih dahulu. Bahkan, kotoran sapinya bisa dimanfaatkan untuk pupuk atau biogas.
Immanuel mengatakan, dari 1.600 karyawan yang ada di perkebunan, 400 di antaranya memiliki sapi. Total populasi yang ada saat ini sekitar 2.400 ekor dengan rata-rata kepemilikan 6 ekor sapi. Mereka memperoleh sapi melalui kredit yang dikucurkan perusahaan. “Di 2002 setelah mendapatkan Kredit Ketahanan Pangan (KKP) dari bank, kami menyebarkan 2.000 ekor sapi ke karyawan pemanen dalam bentuk kredit,” katanya.
Sistem yang digunakan, lanjut Immanuel, karyawan penerima kredit baik di perkebunan inti atau plasma mendapatkan pinjaman Rp 9,6 juta dengan lama pengembalian pinjaman 5 tahun.
Dari uang sejumlah itu digunakan untuk membuat kandang dan membeli 3 ekor sapi. Sedangkan pada saat pertama kali memulai program ini menggunakan sistem gaduhan dengan dana swadaya yang berasal dari Koperasi Karyawan. Karyawan yang mau pelihara sapi mendapatkan 1 ekor induk.” “Pada awalnya karyawan keberatan dengan program ini. Setelah tahu manfaatnya pada mau untuk pelihara,” tandasnya.

Prioritas
Pengembangan usaha integrasi sapi dan sawit merupakan salah satu prioritas Kementerian Pertanian. Dalam blue print swasembada daging 2014 ditargetkan 2 juta hektar perkebunan sawit bakal berkontribusi sebanyak 2,5 juta ekor sapi. Dalam blue print juga dialokasikan dana Rp 4,4 miliar untuk 2010, sementara total dana sampai 2014 sebesar Rp 66 miliar.
Direktur Jenderal Peternakan, Tjeppy D Soedjana mengatakan, pihaknya telah mengintegrasikan bidang peternakan dengan perkebunan. Disamping itu, melihat potensi lain yang bisa dikembangkan untuk meningkatkan populasi sapi seperti dengan sektor kehutanan.
Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian, Achmad Mangga Barani berharap program integrasi bidang peternakan dengan perkebunan bisa memberikan kontribusi 20-30 % dari total kebutuhan ternak sapi potong per tahun. “Di luar Jawa memang harus integrasi dengan perkebunan karena jauh lebih bagus. Petani, pakan, dan lahannya sudah ada. Apalagi kalau perusahaan inti mau menjaminkan jadi tidak ada masalah. Peternak pun jadi lebih siap,” jelasnya.
Keterangan senada diutarakan Direktur Budidaya Ternak Ruminansia Kementerian Pertanian, Fauzi Luthan. Menurut dia, dengan adanya integrasi sapi dan sawit, sumber daya pakan di kebun bisa dimanfaatkan. “Secara umum kita kekurangan lahan untuk beternak. Banyak alih fungsi lahan terjadi untuk industri dan perumahan.
Maka untuk peternakan kita lebih optimalkan lahan yang bisa diintegrasikan. Jadi kita dorong integrasi sapi-sawit berkembang,” ujar Fauzi.

Limbah Yang Bermanfaat

LIMBAH BUAH KAKAO, LIMBAH YANG BERMANFAAT

Limbah kakao (kulit dan plasenta) mengandung serat, protein, lemak serta sejumlah asam organik dan berpotensi menjadi bahan pakan ternak kambing. Penelitian ini juga mendukung program integrasi tanaman perkebunan dengan ternak yang secara luas sudah terbukti mampu meningkatkan kesehatan dan produktivitas tanaman serta meningkatkan pendapatan pekebun.

Para pekebun yang berada di wilayah sentra produksi kakao seperti Sulawesi khususnya Sulawesi Tengah dapat memanfaatkan olahan limbah kakao sebagai bahan alternatif pakan ternak. Biasanya limbah kakao yang banyak pada puncak produksi kakao selama bulan Maret, April dan Mei tidak dimanfaatkan secara baik dan dibiarkan begitu saja menjadi onggokan sampah.

Proporsi untuk membuat olahan pakan yang terdiri atas limbah kakao dengan biji (basah) adalah 65% : 35%. Jika produktivitas biji kakao per tahun per hektar untuk varietas Landak mencapai 1000 – 1250 kg, maka limbah yang dihasilkan cukup untuk memelihara 4-5 ekor kambing dengan asumsi kebutuhan pakan kambing 2 kg/ekor/hari tanpa diberi makanan tambahan. Bila pekebun memelihara ternak kambing dengan memanfaatkan limbah kakao sebagai sumber pakannya, maka disamping dapat dijadikan sebagai sumber pupuk organik, juga merupakan investasi yang sangat berarti bagi para pekebun.

Pemberian hasil olahan limbah kakao sebagai pakan kambing mampu mengurangi porsi pemberian rumput yang harus disediakan peternak, khususnya pada usaha pola intensif (dikandangkan). Hasil pengamatan usaha pola integrasi tanaman perkebunan dengan ternak di Propinsi Lampung menunjukkan, bahwa olahan limbah kakao yang diberikan peternak sebagai pakan kambing mencapai 2-3 kg/ekor/hari pada ternak dewasa. Ini cukup membantu peternak dalam mensuplai pakan kambing yang dinyatakan mampu menghemat tenaga kerja penyedia pakan hijauan mencapai 50%. Teknologi ini juga mendukung program integrasi yang secara luas sudah terbukti mampu meningkatkan kesehatan dan produktivitas tanaman serta meningkatkan pendapatan pekebun.

Disamping itu pemanfaatan limbah menjadi bahan baku bagi proses produksi berikutnya merupakan upaya memperpanjang rantai nutrisi dan energi yang dalam konteks ekologi merupakan tindakan efisiensi yang sangat bermanfaat terkait dengan sustainable agriculture.

Pengumuman Lelang_27/05/2010

PENGUMUMAN PELELANGAN UMUM

NOMOR : 524/01/III.14/P2BJ-APBD/2010


Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Lampung akan mengadakan Pelelangan Umum dengan Metode Pasca Kualifikasi yang dibiayai dari dana APBD Tahun Anggaran 2010 untuk Pekerjaan :

No

Paket Pekerjaan

Bidang/ Sub Bidang

PAGU (Rp)

1.

Rehab Gedung Kantor Disnak dan Pos IB

Bangunan-Bangunan Non Perumahan Lainnya, Termasuk Perawatannya

344.000.000,-

(Kualifikasi Kecil/ Gred-3)





2.

Rehab Gedung Pelatihan (320 M2)

Bangunan-Bangunan Non Perumahan Lainnya, Termasuk Perawatannya

727.300.000,-

(Kualifikasi Kecil/ Gred-4)

Kepada rekanan yang berminat mengikuti pelelangan tersebut diatas, agar mendaftar kepada Panitia Pelelangan pada :

Hari/Tanggal

:

Hari Kerja / 31 Mei 2010 s/d 08 Juni 2010

Jam

:

09,00 s/d 15.00 WIB

Tempat

:

Kantor Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Lampung Jl. Hi. Zainal Abidin PA. Nomor 52 Bandar Lampung.

Ketentuan Pendaftaran :

A. Pendafataran dilakukan oleh Direktur Perusahaan atau Wakil yang dikuasakan yang terdaftar dalam Akte Pendirian Perusahaan dengan menyerahkan Surat Kuasa yang bermaterai dan ditandatangani oleh Pimpinan Perusahaan serta berstempel.

B. Menyerahkan 1 (satu) eksemplar foto copy SBU untuk bidang/sub bidang yang sesuai, Akte Pendirian Perusahaan beserta perubahannnya, SIUJK, KTP yang masih berlaku dan menunjukkan aslinya serta membawa Cap Perusahaan.

C. Menandatangani Pakta Integritas.

Demikian Pengumuman ini untuk diketahui dan atas perhatiannya diucapkan terima kasih.

Bandar Lampung, 27 Mei 2010

PANITIA PENGADAAN BARANG/JASA